Jejak Sejarah Hulu Riau: Nama Riau di Balik Riuh Perdagangan
frasamedia.com, Tanjungpinang – Kawasan Hulu Riau di Kecamatan Tanjungpinang Kota, khususnya di Kelurahan Kampung Bugis, memegang kisah bersejarah yang tak ternilai.
Pada tahun 1673, kawasan ini menjadi pusat perdagangan Kerajaan Johor. Pada masa Sultan Ibrahim Syah, Laksmana Tun Abdul Jamil mendapat amanah untuk mendirikan bandar perdagangan di Sungai Carang, Pulau Bintan.
Menariknya, asal usul nama “Riau” ternyata berkaitan erat dengan ramainya aktivitas perdagangan di Sungai Carang. Dalam bahasa Melayu, “riuh” menggambarkan keramaian, dan seiring waktu, pelafalan berubah menjadi “Riau”.
Tuhfat al Nafhis, karya Raja Ahmad dan Raja Ali Haji, mencatat peristiwa menarik terkait perpindahan pusat perdagangan. Saat perahu dagang mengalihkan tujuannya ke Sungai Carang, pertanyaan mengenai tempat pendirian negeri baru dijawab dengan petunjuk “di sana, di tempat yang Rioh,” mengarah ke hulu sungai. Dengan semakin dekatnya ke tempat tersebut, jawaban yang kerap terdengar adalah “Mau ke Rioh”.
Peranan Hulu Riau semakin meningkat saat Sultan Ibrahim memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Johor ke sana. Sejak itu, kerajaan dikenal sebagai “Riau – Johor”.
Meskipun pusat pemerintahan sempat berpindah antara Riau dan Johor, kedatangan orang Bugis memberikan kontribusi signifikan.
Mereka, yang merupakan bangsawan dari Kerajaan Luwuk di Sulawesi, memainkan peran penting dalam peperangan saudara antara Raja Kecil dari Siak dan Sultan Sulaiman dari Riau – Johor.