PLN Tawarkan Pembuatan BBM Solar dari Pengolahan Sampah di Tanjungpinang

PLN Tawarkan Pembuatan BBM Solar dari Pengolahan Sampah di Tanjungpinang
PLN menawarkan pembuatan 250 liter BBM solar dari sampah kepada Pemko Tanjungpinang. Foto: ilustrasi/M. Yusnadilla
banner 468x60

frasamedia.com, Tanjungpinang – PLN menawarkan pembuatan 250 liter BBM solar yang berasal dari dari sampah. Sebab sampah yang masuk ke TPA Ganet Tanjungpinang hanya 100 ton per hari.

Hal ini membuat Pemko Tanjungpinang harus mempertimbangkan tawaran dari PLN untuk membuat 250 liter BBM solar hasil pengolahan dari sampah.

Sekda Tanjungpinang Zulhidayat, mengatakan PLN memang menawarkan kontrak berupa pemenuhan kebutuhan 250 liter BBM solar per hari.

Namun saat ini, kata Zulhidayat, Pemko Tanjungpinang melalui TPA Ganet, hanya mampu memproduksi BBM solar dari sampah, sebanyak 10 liter.

“PLN menawarkan kontrak 250 liter solar per hari. Tapi, saat ini kita hanya mampu memproduksi 10 liter solar saja,” katanya.

Zulhidayat menerangkan, pihaknya mengalami kendala untuk memproduksi BBM solar olahan sampah dalam jumlah besar.

“Kendala itu karena masih sedikitnya jumlah sampah yang masuk ke TPA Ganet,” terangnya.

Dalam sehari, jelas Zulhidayat, sampah rumah tangga yang masuk hanya sebanyak 100 ton per hari. Sementara untuk membuat 250 liter solar, butuh 500 ton sampah per hari.

“Jadi kalau bisa untuk kebutuhan listrik minimal harus 500 ton per hari. Jadi itu masih terlalu jauh,” ujarnya.

Menurut Zulhidayat, jika tawaran PLN bisa terakomodir, maka akan dapat menjadi tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tanjungpinang.

Sehingga, pihaknya berupaya untuk mendatangkan sejumlah mesin destilator penghasil BBM yang akan beroperasi pada setiap bank sampah di Tanjungpinang.

Selain itu, pihaknya juga akan menggandeng PT Pegadaian untuk bisa menyediakan mesin destilator melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

Sehingga, lanjut Zulhidayat, produksi BBM solar yang berasal dari pengolahan sampah pada setiap bank sampah, dapat terealisasi.

“Mesin destilator hanya satu milik DLH (Dinas Lingkungan Hidup), tentu itu tidak cukup. Jadi kami ajukan mesin-mesin baru untuk setiap bank sampah,” sebut Sekda. (*/Ran)

Editor: Mya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *